Tuesday, June 4, 2019

ETIKA Berkomunikasi


Republika/Prayogi
Selasa 18 Sep 2018 12:39 WIB
Red: Agung Sasongko


Kepiawaian manusia dalam berkomunikasi adalah sesuatu yang wajar.

REPUBLIKA.CO.ID,OLEH MUSFIRAH NURLAILI

Dalam kaitan dengan tahun politik atau pesta demokrasi yang tinggal beberapa bulan ke depan, hampir bisa dipastikan persaingan dan kompetisi antara pihak-pihak yang berkepentingan semakin hari semakin ramai, bahkan cenderung seru. Masyarakat disajikan berbagai variasi adu gagasan dalam forum-forum formal dan informal dengan gaya komunikasi atraktif disertai argumen yang rasional.

Kepiawaian manusia dalam berkomunikasi adalah sesuatu yang wajar. Bahkan, Al-Quran menyatakan secara implisit, manusia adalah makhluk komunikasi. Dalam surah ar-Rahman ayat 1-4, 


A001
A002
A003
A004

“(Tuhan) Yang Maha Pemurah serta melimpah-limpah rahmatNya.
Dia lah yang telah mengajarkan Al-Quran.
Dia lah yang telah menciptakan manusia; - 
Dia lah yang telah membolehkan manusia (bertutur) memberi dan menerima kenyataan.”


Allah s.w.t. menegaskan, Yang Maha kasih mengajarkan Al-Quran, menciptakan manusia, mengajarkannya al-Bayan. Ketika menjelaskan ayat ini, seorang mufasir kenamaan, Imam Syaukani dalam 'Fath al-Qadir' menguraikan, yang dimaksud dengan al-Bayan tidak lain adalah kemampuan berkomunikasi.

Selain menggunakan kata al-Bayan, Al-Quran juga menggunakan kata al-Qawl. Hasil pelacakan terhadap kata ini dalam konteks perintah (al-amr) paling tidak menemukan enam prinsip komunikasi: 



Qaulan Sadidan (Quran, surah An-Nisa: 9)


A009


“Dan hendaklah takut (kepada Allah daripada melakukan aniaya kepada anak-anak yatim oleh) orang-orang (yang menjadi penjaganya), yang jika ditakdirkan mereka pula meninggalkan anak-anak yang daif (yatim) di belakang mereka, (tentulah) mereka akan merasa bimbang terhadap (masa depan dan keselamatan) anak-anak mereka; oleh itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang betul (menepati kebenaran).”





Qaulan Sadidan (Quran, surah Al-Ahzab: 70)


A070


“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang tepat - benar (dalam segala perkara),”


Qaulan Baligan (Quran, surah An-Nisa: 63)


A063


“Mereka itulah orang-orang yang diketahui oleh Allah akan apa yang ada dalam hati mereka, oleh itu berpalinglah engkau daripada mereka, dan nasihatilah mereka, serta katakanlah kepada mereka kata-kata yang boleh memberi kesan pada hati mereka.”


Qaulan Maysuran (Quran, surah Al-Israa': 28)


A028


“Dan jika engkau terpaksa berpaling tidak melayani mereka, kerana menunggu rezeki dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka kata-kata yang menyenangkan hati.”


Qaulan Layyinan(Quran, surah Thaahaa: 44)


A044


“Kemudian hendaklah kamu berkata kepadanya, dengan kata-kata yang lemah-lembut, semoga ia beringat atau takut.”


Qaulan Kariman (Quran, surah Al-Israa': 23) 


A023


“Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata-mata, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya, atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan "Ha", dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).”


Qaulan Ma'rufan(Quran, surah An-Nisa: 5)


A005




“Dan janganlah kamu berikan (serahkan) kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya akan harta (mereka yang ada dalam jagaan) kamu, (harta) yang Allah telah menjadikannya untuk kamu semua sebagai asas pembangunan kehidupan kamu; dan berilah mereka belanja dan pakaian dari pendapatan hartanya (yang kamu niagakan), dan juga berkatalah kepada mereka dengan kata-kata yang baik.”


Dalam kaitan memberikan keterangan, penjelasan, klarifikasi, atau apa pun namanya, Al-Quran mengarahkan setiap orang untuk berpegang kepada prinsip qaulan sadidan. Prinsip ini ditemukan dua kali dalam Al-Quran. 

Pertama dalam urusan anak yatim dan masalah keturunan. Dan hendaklah orang-orang takut kalau-kalau di belakang hari mereka meninggalkan keturunan yang lemah yang mereka khawatirkan kesejahteraannya. Hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berkata dengan qaulan sadidan.

Kedua, dalam hal sebagai atribut ketakwaan. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah qaulan sadidan. Nanti Allah akan membaikkan amal-amal kamu, mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, ia pasti akan mencapai keberuntungan yang besar.

Lalu, apa yang dimaksud dengan qaulan sadidan? Qaulan sadidan ertinya perkataan yang benar dan jujur. Pickthal menerjemahkannya dengan 'straight to the point', lurus, tidak bohong, dan jauh dari berbelit-belit.

Perkataan yang benar atau qaulan sadidan harus berbanding lurus atau sesuai dengan kriteria kebenaran yang dikandung Al-Quran, al-Sunnah, dan ilmu. Al-Quran menyindir keras orang-orang yang berdiskusi tanpa merujuk kepada al-Kitab, petunjuk, dan ilmu (Quran, surah Luqman: 20).


A020


“Tidakkah kamu memperhatikan bahawa Allah telah memudahkan untuk kegunaan kamu apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan telah melimpahkan kepada kami nikmat-nimatNya yang zahir dan yang batin? Dalam pada itu, ada di antara manusia orang yang membantah mengenai (sifat-sifat) Allah dengan tidak berdasarkan sebarang pengetahuan atau sebarang petunjuk; dan tidak juga berdasarkan mana-mana Kitab Allah yang menerangi kebenaran.”


Perkataan yang benar juga adalah perkataan yang tidak mengandung kebohongan dan ucapan yang jujur.

Dalam riwayat muttafaq alaih, Nabi s.a.w. bersabda: "Jauhi dusta, kerana dusta membawa kamu kepada dosa dan dosa membawa kamu kepada neraka. Lazimkanlah berkata jujur, kerana jujur membawa kamu kepada kebajikan dan kebajikan akan membawa kamu ke surga.

"Bahkan, dengan lebih tegas lagi Nabi berpesan ketika membaiat Abu Dzar (tentu saja tidak hanya untuk Abu Dzar), "Katakanlah kebenaran itu walaupun pahit." Oleh Kerana itu, pada masa Khalifah Utsman, Abu Dzar kerap mengkritik pejabat yang korup. Ia menyampaikan kecaman saat orang lain menyampaikan pujian. Ia tidak mahu berdusta. Hingga akhirnya ia diusir ke Rabazah dan wafat di tempat pengasingan tersebut.

Tentu saja sekarang ini, para pihak yang berkepentingan dengan politik adu gagasan untuk menarik simpati masyarakat sepatutnya disajikan perkataan yang jujur dan lurus. Tak ada lagi pem belok kan fakta, penyimpangan informasi, dan kebenaran yang ditutup-tutupi. Sajikan kebenaran dengan perkataan yang benar dan hindari kebohongan, apalagi kebohongan publik. Wallahua'lam.




No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Your Website Title
How to Share With Just Friends

How to share with just friends.

Posted by Facebook on Friday, December 5, 2014