Tuesday, April 25, 2017

JADIKAN musibah suatu hikmah


Mereka yang cerdik berusaha merubah kerugian sebagai keuntungan, musibah sebagai hikmah.

Manakala orang dungu akan membuat suatu musibah berganda-ganda dan bertumpuk yang menyesakkan nafasnya.

Rasulullah s.a.w. ketika diusir dari Mekah, Baginda berhijrah di Madinah dan kemudiannya membangunnya menjadi sebuah negara yang sangat akrab di telinga dan mata sejarah.

Ahmad Hanbal pernah dipenjara dan dihukum dera, tetapi kerana itu ia menjadi imam salah satu mazhab.

Ibnu Taimiyyah pernah dipenjara, tetapi penjara itu banyak melahirkan karya hebat.

As-Sarakhsi pernah dikurung si dasar perigi bertahun-tahun, tetapi tempat itulah ia mengarang buku 20 jilid.

Ibnu Atsir ketika dipecat dari jawatannya, ia berhasil menyelesaikan karyanya 'Jami'ul Ushul' dan 'An-Nihayah', salah satu buku terkenal tentang hadith.

Ibnu Jauzi pernah dibuang negeri dari Baghdad, namun mengasah bakatnya  dengan menguasai 'qira'ah sab'ah.

Malik Ar-Raib mengidap penyakit yang mematikan, namun ia mampu menghasilkan syair-syair yang sangat indah dan setanding dengan penyair besar zaman Abbasiyyah.

Abi Dzuaib Al-Hudzali kematian semua anak-anaknya kerana musibah, namun ia mampu mencipta nyanyian-nyanyian puisi yang mampu menutup mulut para pendengarnya, pendengarnya seperti tersihir, memaksa pendengarnya bertepuk tangan terpukau saat mendengarnya.

Begitulah, ketika ditimpa suatu musibah, kita harus melihatnya dari sudut positif; ketika seseorang memberi air limau maka kita tambah sesudu gula memaniskannya, ketika menerima seekor ular dari seseorang ambil kulitnya yang mahal itu dan buang bahagian tubuh yang lain, ketika disengat kala jengking ketahuilah bahawa sengatan itu sebenarnya memberikan kekebalan pada tubuh kita dari bahaya bisa ular.

'Boleh jadi kita benci sesuatu padahal ia amat baik bagi kita'.












Tuesday, April 18, 2017

CERITA-cerita semalam







 



 













ETIKA komunikasi menurut Islam


Bagi memperbaiki suatu hubungan antara dua pihak, maka komunikasi, amat penting bagi menjalin hubungan dan mengeratkan persefahaman di samping mengurangkan jurang persengketaan.

Antara etika komunikasi menurut Islam;

Dalam etika-etika komunikasi islam ada 6 jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) iaitu:

1. Qaulan Layyina (perkataan yang lemah lembut)

Perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam Quran surah  Thaahaa ayat 44:






A044

  
”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". 

Ayat di atas adalah perintah Allah s.w.t. kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Firaun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita.

Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina bererti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara. Siapa pun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata-kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.

Komunikasi yang tidak mendapat sambutan yang baik dari orang lain adalah komunikasi yang dibarengi dengan sikap dan perilaku yang menakutkan dan dengan nada bicara yang tinggi dan emosional. Cara berkomunikasi seperti ini selain kurang menghargai orang lain, juga tidak etis dalam pandangan agama. Dalam perspektif komunikasi, komunikasi yang demikian, selain tidak komunikatif, juga membuat komunikan mengambil jarak disebabkan adanya perasaan takut di dalam dirinya.

Islam mengajarkan agar menggunakan komunikasi yang lemah lembut kepada siapa pun. Dalam lingkungan apapun, komunikator sebaiknya berkomunikasi pada komunikan dengan cara lemah lembut, jauh dari pemaksaan dan permusuhan. Dengan menggunakan komunikasi yang lemah lembut, selain ada perasaan bersahabat yang menyusup ke dalam hati komunikan, ia juga berusaha menjadi pendengar yang baik.

Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Allah melarang bersikap keras dan kasar dalam berdakwah, kerana kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil malah ummat akan menjauh.


2. Qaulan Masyura (perkataan yang ringan).

Komunikasi berkesan mempergunakan bahasa yang mudah, ringkas dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Dalam Al-Qur’an ditemukan istilah qaulan maisura yang merupakan salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang mudah difahami melegakan perasaan.

Dalam Firman Allah dijelaskan dalam surah Al-Israa’: 28:


  A028

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”.

Maisura seperti yang terlihat pada ayat diatas sebenarnya berakar pada kata yasara, yang secara etimologi bererti mudah atau pantas. Sedangkan qaulan maisura menurut Jalaluddin Rakhmat, sebenarnya lebih tepat diertikan “ucapan yang menyenangkan,” lawannya adalah ucapan yang menyulitkan. Bila qaulan ma’rufa berisi petunjuk melalui perkataan yang baik, qaulan maisura berisi hal-hal yang menggembirakan melalui perkataan yang mudah dan pantas.

Dakwah dengan qaulan maisura ertinya pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah difahami secara spontan berfikir dua kali. Pesan dakwah model ini tidak memerlukan dalil naqli, alasan-alasan yang logik. Dakwah dengan pendekatan ini harus menjadi pertimbangan mad’u misalnya yang dihadapi itu, sama ada dizalimi haknya oleh orang-orang yang kuat dan masyarakat yang secara sosial berada dibawah garis kemiskinan, kerana sangat peka dengan nasihat yang panjang, kerananya da’i harus memberikan solusi dengan membantu mereka dalam dakwah bil hal.


3.    Qaulan Sadidan (perkataan benar, lurus, jujur)

Kata “qaulan sadidan” disebut dua kali dalam Al-Qur’an.

Apa erti qaulan sadidan? Qaulan sadidan ertinya pembicaraan yang benar, jujur, (Picthall menerjemahkannya “straight to the point”), lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit. Prinsip komunikasi yang pertama menurut Al-Quran adalah berkata yang benar. Ada beberapa makna dari pengertian yang benar:


Sesuai dengan kriteria kebenaran

Erti pertama benar adalah sesuai dengan kebenaran. Dalam segi substansi mencakup faktual, tidak direkayasa atau dimanipulasi. Sedangkan dari segi redaksi, harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku dan sesuai dengan kaedah bahasa yang berlaku. Ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai dengan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ilmu. semasa berdiskusi, kuliah dan dialog harus merujuk pada Al-Qur’an, petunjuk dan ilmu.


Tidak bohong

Erti kedua dari qaulan sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Jauhi dusta kerana dusta membawa kamu pada dosa, dan dosa membawa kamu pada neraka. Lazimlah berkata jujur, kerana jujur membawa kamu kepada kebajikan, membawa kamu pada surga.” Meskipun kepada anak-anak masih kecil lagi jangan berbohong kepada mereka, seharusnya kita mengajarkan kejujuran kepada mereka sejak dini.


Pertama, Allah menyuruh manusia menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan, terdapat dalam Al-Quran, firman Allah s.w.t. dalam surah An-Nisa ayat 9:


A009

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadidan)”.



Kedua, Allah memerintahkan qaulan sadidan sesudah taqwa dalam surah Al-Ahzab ayat 70:

A070


“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah qaulan sadidan. Nanti Allah akan membaikkan amal-amal kamu, mengampuni dosa kamu. Siapa yang taat kepada Allah dan RasulNya ia akan mendapat keuntungan yang besar.”


4. Qaulan Balighan (perkataan yang membekas pada jiwa, tepat sasaran, komunikatif, mudah mengerti).

Ungkapan ini terdapat dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 63:


A063

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. kerana itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.

Perkataan “baligh” dalam bahasa arab ertinya sampai, mengenai sasaran atau mencapai tujuan. Apabila dikaitkan dengan qaul (ucapan atau komunikasi), “baligh” bererti fasih, jelas maknanya, terang, tepat menggunakan apa yang dikehendaki. Oleh kerana itu prinsip qaulan balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.

Jalaluddin Rahmat memerinci pengertian qaulan baligha menjadi dua, pertama qaulan baligha terjadi bila da’i (komunikator) menyesuaian pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya sesuai dengan frame of reference and field of experience. Kedua, qaulan baligha terjadi bila komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otaknya sekaligus. Jika dicermati pengertian qaulan baligha yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rahmat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kata qaulan baligha ertinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

Sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat stuasi dan kondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila bicara dengan anak-anak kita harus berkata sesuai dengan pikiran mereka, bila dengan remaja kita harus mengerti dunia mereka. Jangan sampai kita berdakwah tentang teknologi nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut yang tentu sangat tidak tepat sasaran, malah membuat mereka semakin bingung. Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibezakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa.

Rasulullah sendiri memberi contoh dengan khotbah-khotbahnya. Umumnya khotbah Rasulullah pendek, tapi dengan kata-kata yang padat makna. Nabi Muhammad menyebutnya “jawami al-qalam”. Ia berbicara dengan wajah yang serius dan memilih kata-kata yang sedapat mungkin menyentuh hati para pendengarnya. Irbadh bin Sariyah, salah seorang sahabatnya bercerita: “Suatu hari Nabi menyampaikan nasihat kepada kami. Bergetarlah hati kami dan berlinang air mata kami. Seorang diantara kami berkata Ya Rasulullah, seakan-akan baru kami dengar khotbah perpisahan. Tambahlah kami wasiat”. Tidak jarang disela-sela khotbahnya, Nabi berhenti untuk bertanya kepada yang hadir atau memberi kesempatan kepada yang hadir untuk bertanya. Dengan segala otoritasnya, Nabi adalah orang yang senang membuka dialog.


5. Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)

"Qaulan ma’rufa" dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas. Kata ma’rufa berbentuk isim maf’ul yang berasal dari madhinya, ’arafa. Salah satu pengertian mar’ufa secara etimologis adalah al-khair atau al-ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jadi "qaulan ma’rufa" mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas.

Jalaluddin rahmat menjelaskan bahwa "qaulan ma’rufan" adalah perkataan yang baik. Allah menggunakan frase ini ketika berbicara tentang kewajiban orang-orang kaya atau kuat terhadap orang-orang miskin atau lemah. "Qaulan ma’rufa" bererti pembicaraan yang bermamfaat memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukan pemecahan terhadap kesulitan kepada orang lemah, jika kita tidak dapat membantu secara material, kita harus dapat membantu psikologi.  "Qaulan ma’rufa" juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat). Sebagai muslim yang beriman, perkataan kita harus terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun yang kita ucapkan harus selalu mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya. Jangan sampai kita hanya mencari-cari kejelekan orang lain, yang hanya bisa mengkritik atau mencari kesalahan orang lain, memfitnah dan menghasut.

Kata "qaulan ma`rufa" disebutkan Allah dalam ayat Al-Qur'an surah Al-Ahzab ayat 32:


A032

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.”


6. Qaulan Karima (perkataan yang mulia)

Islam mengajarkan agar mempergunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi kepada siapapun. Perkataan yang mulia ini seperti terdapat dalam ayat Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 23:


A023

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.

Dengan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa qaulan karimah adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, "Qaulan karima" bermakna mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.

Dalam perspektif dakwah maka term pergaulan qaulan karima diperlakukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut. Seseorang da’i dalam perhubungan dengan lapisan mad’u yang sudah masuk kategori usia lanjut, haruslah bersikap seperti terhadap orang tua sendiri, yakni hormat dan tidak kasar kepadanya, karena manusia meskipun telah mencapai usia lanjut, bisa saja berbuat salah atau melakukan hal-hal yang sesat menurut ukuran agama.

Komunikasi yang baik tidak dinilai dari tinggi rendahnya jabatan atau pangkat seseorang, tetapi ia dinilai dari perkataan seseorang. Cukup banyak orang yang gagal berkomunikasi dengan baik kepada orang lain disebabkan mempergunakan perkataan yang keliru dan berpotensi merendahkan orang lain. Permasahan perkataan tidak bisa dianggap ringan dalam komunikasi. Karena salah perkataan berimplikasi terhadap kualitas komunikasi dan pada gilirannya mempengaruhi kualitas hubungan sosial. Bahkan karena salah perkataan hubungan sosial itu putus sama sekali.









Monday, April 17, 2017

WASIAT Nabi Yusuf diperkenankan



Nabi Yusuf a.s. telah diberikan separuh dari kecantikan seluruh manusia. Ketampanan, kelembutan dan kehalusan kulit diberikan kepadanya,  hingga  makhluk yang ada di dunia mengenalnya dengan ketampanan dan keindahan perangainya.

Ketampanan Nabi Yusuf a.s. adalah warisan dari datuknya, Nabi Ishak a.s.. Nabi Ishak sendiri adalah orang Ibrani dan beliau mewarisi kecantikan dari Sarah, ibunya. Dikisahkan bahawa kecantikan Sarah adalah setengah dari kecantikan Hawa.

Setelah Nabi Yusuf a.s. mendapat kenikmatan sama ada melalui orang-orang terdekat atau yang jauh patuh kepadanya, termasuklah  saudara-saudara dan ayahnya merendahkan diri di hadapannya. Perkara ini dibolehkan dalam syariatnya dan Allah s.w.t. telah memuliakannya dengan Islam.

Nabi Yusuf a.s. berdoa:


A101


"Wahai Tuhanku! Sesungguhnya Engkau telah mengurniakan daku sebahagian dari kekuasaan (pemerintahan) dan mengajarku sebahagian dari ilmu tafsiran mimpi. Wahai Tuhan yang menciptakan langit dan bumi Engkau Penguasa dan Pelindungku di dunia dan di akhirat; sempurnakanlah ajalku (ketika mati) dalam keadaan Islam, dan hubungkanlah daku dengan orang-orang yang soleh". (Quran, surah Yusuf: 101)

Dalam ajaran Islam, tidak diperbolehkan  bagi seseorang meminta atau mengharapkan kematian kecuali jika dia khuatir terjadi fitnah dan kemungkaran pada dirinya.

Rasulullah s.a.w pernah berdoa:


“Ya Allah, aku memohon kepadaMu agar aku selalu mengerjakan segala bentuk kebaikan, menjauhi segala bentuk kemungkaran, dan mengasihi orang-orang miskin. Dan jika Engkau menghendaki fitnah terjadi pada suatu kaum maka kembalikanlah diriku kepadaMu dalam keadaan tidak terfitnah” (Hadith riwayat  ahmad dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas)


Namun, jika keadaan aman dari kemungkaran maka tidak diperbolehkan meminta kematian.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:


“Janganlah seorang di antara kamu mengharapkan kematian kerana musibah yang menimpanya dan apabila dia memang harus mengharapkan, sebaiknya dia berkata: Ya Allah! Hidupkanlah aku selama kehidupan itu yang terbaik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian itu yang terbaik bagiku.” (hadith riwayat Bukhari dan Muslim)


Ketika umur Nabi Yusuf a.s. telah mencapai 120 tahun beliau berbaring menanti kematian. Beliau berwasiat kepada Bani Israil dan penduduk Mesir agar jasadnya dimakamkan di dekat datuk dan ayahnya; Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ishak a.s. dan Nabi Yakub a.s..

Ketika Nabi Yusuf a.s. wafat, Bani Israil mengawetkan jasadnya kemudian ditempatkan di dalam peti. Jasadnya baru dibawa keluar dari Mesir ketika Firaun bersama tenteranya keluar dari Mesir. Pada saat itu, Nabi Musa a.s. ikut bersama membawa jasad Nabi Yusuf a.s..

Jasad Nabi Yusuf a.s. dimakamkan berdekatan ayah dan datuknya sesuai dengan wasiatnya.


Friday, April 7, 2017

Kisah Nabi Musa Menggali Makam Nabi Yusuf



Posted by Saifur Ashaqi
Selasa, 09 Februari 2016

Imam Hakim meriwayatkan dalam kitab Mustadrak, dari Abu Musa, bahwa Rasulullah s.a.w.. singgah di rumah seorang Badui. Beliau dimuliakan, maka beliau bersabda kepadanya, “Wahai Badui, katakan keperluanmu?”

Badui menjawab, “Ya Rasulullah, seekor unta betina dengan pelananya dan domba betina yang diperah oleh keluargaku”. Ini diucapkannya sampai dua kali.
  
Rasulullah bersabda, “Mengapa engkau tidak seperti nenek tua Bani Israil?”

Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah nenek tua Bani Israil itu?”.

Rasulullah s.a.w. menjawab, “Sesungguhnya Nabi Musa hendak berjalan membawa Bani Israil, tetapi dia tersesat di jalan. Maka para ulama Bani Israil berkata kepadanya, ‘Kami katakan kepadamu bahawa Nabi Yusuf mengambil janji-janji Allah atas kami, agar kami tidak pergi dari Mesir sehingga kami memindahkan jasadnya bersama kami’. 

Nabi Musa bertanya, ‘Siapa diantara kalian yang mengetahui makam Nabi Yusuf?’.

Mereka menjawab, ‘Yang tahu dimana kuburan Nabi Yusuf hanyalah seorang nenek tua Bani Israil’. 

Nabi Musa memintanya agar dihadirkan. Kemudian Nabi Musa berkata kepadanya, ‘Tunjukkan kepadaku dimana makam Nabi Yusuf’. 

Nenek itu menjawab, ‘Aku tidak mau memberitahu hingga aku menemanimu di surga’. Sebenarnya Nabi Musa tidak menyukai permintaannya, namun para ulama Bani Israil menyerukan, 'Kabulkan permintaannya’. 

Nabi Musa pun mengabulkan permintaan nenek tua itu. Lalu nenek tua itu mendatangi sebuah danau bersama Nabi Musa dan kaumnya dan berkata, ‘Kuraslah airnya’. Setelah air telah surut, nenek tua itu berkata, ‘Galilah disini’. 

Begitu mereka menggali, mereka menemukan jasad Nabi Yusuf. Saat jasad Nabi Yusuf diangkat dari tanah, jalanan langsung terlihat nyala seperti cahaya pada siang hari.

Wallahu A’lam

Sumber : Kitab Shahihul Qishas

Tuesday, April 4, 2017

PENYEBAB bantalan tulang sendi jadi menipis



Herman 
Rabu, 20 Mei 2015 | 23:38 WIB

Jakarta -  Osteoarthritis atau kerusakan pada tulang rawan sendi merupakan penyakit degeneratif yang menyerang usia tua. Kerana semakin bertambahnya usia, bantalan tulang sendi secara perlahan akan semakin menipis.

"Nyeri sendi pada osteoarthritis terjadi akibat bantalan tulang sendi yang menipis. Kerana seperti kita tahu kalau sendi merupakan daerah yang selalu bergerak. Bila ada problem pada bantalan tulang, tentunya akan menimbulkan rasa nyeri, terutama ketika melakukan aktivitas yang membuat tumpuan sendi lebih tinggi seperti naik tangga," ujar dokter spesialis bedah orthopedi dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Karina Besinga, di Jakarta, Rabu (20/5).

Tidak hanya kerana faktor usia, menipisnya bantalan tulang menurutnya juga bisa dipengaruhi oleh faktor genetik. "Setiap orang terlahir dengan konsistensi bantalan tulang yang berbeda-beda. Ada yang bisa bertahan lama, namun ada juga yang cepat menipis," ungkapnya.

Bila osteoarthritis terjadi pada usia muda, lanjut Karina, gangguan ini paling banyak terjadi kerana masalah kegemukan atau obesitas akibat tulang rawan sendi dipaksa menahan beban tubuh yang terlalu berat.

"Pada usia muda, osteoarthritis juga bisa muncul kerana ada riwayat cedera atau trauma di daerah persendian. Sebab setelah dioperasi, permukaan sendi biasanya sudah tidak halus lagi, hingga bisa terjadi gesekan antara tulang," jelasnya.

Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan kebiasaan begadang menurutnya juga bisa mencetuskan terjadinya osteoarthritis. "Merokok dan begadang dapat mengurangi aliran oksigen di dalam darah. Padahal oksigen merupakan materi yang penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel," ungkap Karina.

-----------------

Disamping kenyataan di atas, tulang menipis juga ada kaitan dengan gaya kerja yang dilakukan berterusan dan berkesinambungan tanpa henti. 

Dinasihatkan kepada mereka yang mengalami simptom penyakit-penyakit dalaman dan penyakit hati supaya bersiar-siar ke wilayah lain seperti keluar bersama jamaah tabliq beberapa hari atau melancong bagi menghiburkan akal dan perasaan (hati). 

Di sana ada jalan penyelesaiannya.

Kita tinggal di garisan Khatulistiwa iklimnya (kawasan panas lembab digalakkan melancong ke kawasan Khatulistiwa atau kawasan panas kering seperti Arab Saudi).

Dinasihatkan juga berwaspada bila melancong ke kawasan sejuk (yang ada salji) terutama mereka yang berpenyakit darah tinggi.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Your Website Title
How to Share With Just Friends

How to share with just friends.

Posted by Facebook on Friday, December 5, 2014